Dalam penggunaan resin sintetis atau polimer, perbedaan sifat hidrofilik dan hidrofobik sangat memengaruhi cara resin berinteraksi dengan air.
Hal ini berdampak pada tingkat penyerapan kelembapan, kekuatan adhesi, kemampuan penetrasi ke substrat, serta stabilitas jangka panjang perbaikan yang dihasilkan.
Resin Hidrofilik (Hydrophilic Resin)
Istilah “hidrofilik” berasal dari bahasa Latin hydro yang berarti air dan philic yang berarti menyukai. Resin polyurethane jenis hidrofilik memiliki sifat reaktif terhadap air (water-reactive) dan mampu menyerap air (water-absorbing).
Saat bereaksi dengan air, resin ini bisa membentuk busa dengan sel tertutup (closed-cell foam) atau gel tanpa sel (non-cellular gel), tergantung pada kondisi dan komposisi campurannya.
Waktu reaksi biasanya antara 30–45 detik untuk menghasilkan busa dan sekitar 12–15 detik untuk membentuk gel. Selama proses ini, busa mengembang hingga 5–8 kali volume awalnya.
Volume gel yang terbentuk bergantung pada rasio pencampuran antara air dan resin saat injeksi. Namun, gel hidrofilik bisa menyusut setelah mengeras jika tidak ada cukup air di sekitarnya.
Keunggulan utama resin hidrofilik adalah kemampuannya menempel kuat pada permukaan basah dan mampu menembus pori-pori beton yang lembap, karena secara kimiawi resin ini “mencari” air selama reaksi.
Setelah mengeras, resin hidrofilik bersifat elastis dan fleksibel, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan pergerakan struktur tanpa merusak ikatan atau lapisan segel yang terbentuk.
Lalu, apa yang dimaksud resin hidrofobik? Nantikan artikel selanjutnya!
