Beton adalah bagian dari bangunan yang terbuat dari campuran pasir agregat, semen, dan air. Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh ikatan antara pasta semen dan agregat.
Dalam dunia konstruksi, beton tetap menjadi elemen utama untuk menopang struktur bangunan. Banyak produsen beton yang menawarkan produk beton sesuai dengan kebutuhan kekuatan tekan yang diinginkan.
Namun, meskipun banyak inovasi yang dikembangkan untuk beton, keretakan masih menjadi salah satu risiko yang sering dijumpai dalam konstruksi. Retak pada beton adalah hal yang tak terhindarkan dan sulit untuk dicegah, namun dapat dikendalikan dan diminimalisir dengan menggunakan aditif.
Secara umum, retak pada beton dapat dikelompokkan menjadi dua jenis:
- Retak Nonstruktural
Retak nonstruktural terjadi akibat tegangan yang terinduksi secara internal dalam material bangunan, biasanya disebabkan oleh campuran material yang kurang sesuai, perubahan suhu antara bagian luar dan dalam beton, atau reaksi kimia akibat ekspansi perlahan antara agregat yang mengandung silika aktif dan basa yang berasal dari hidrasi semen. Jenis retak ini tidak berpengaruh langsung terhadap struktur bangunan. - Retak Struktural
Retak struktural disebabkan oleh pengaruh getaran (vibrasi), gempa, dan beban yang melebihi kapasitas struktur bangunan. Jenis retak ini sering ditemukan pada bangunan di Indonesia, terutama yang terletak dekat dengan gunung berapi, karena bangunan tersebut lebih sering terpapar getaran vulkanik.
Dalam artikel selanjutnya, kami akan paparkan salah satu metode untuk memperbaiki retak pada beton.